Rabu, 15 Februari 2012

teman?

"teman", menurut wikipedia bahasa indonesia:
Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Artikel ini memusatkan perhatian pada pemahaman yang khas dalam hubungan antar pribadi. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan" menggambarkan suatu hubunganyang melibatkan pengetahuanpenghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruismeselera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.
Nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:
  • kejujuran
  • , barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain untuk mengucapkan kebenaran.
  • saling pengertian.
Ketika mungkin salah satu menarik diri dari yang lain, apakah tetap bisa dikatakan sebagai teman? Ah, aku juga ga tau dan ga mau tau. Yang penting, memiliki teman adalah suatu kebutuhan, kebutuhan bagi setiap manusia yang hidup. Tanpa teman, kita tidak bisa berbagi, ya apalagi bagi manusia sepertiku yang ga punya sodara kandung. Pada siapa aku bakal berbagi jika tidak dengan teman??

Oke, kembali ke pembahasan di atas, jika "teman" kita sendiri menarik diri.
Aku pribadi, akan tetap berusaha menjadi teman yang baik baginya. Mencoba meluangkan waktu untuk sekedar mendengarkan keluh kesahnya. Kalopun "teman" tidak mau berbagi saat itu, percayalah bahwa dia sudah dewasa dan tahu apa yang dia lakukan. Posisikan saja kita sebagai seseorang yang entah dibutuhkan atau tidak, akan membantu dan mencoba menemani mencari jalan keluar dari setiap permasalahan.

Ketika suatu persahabatan dirasa tidak seimbang, mungkin justru seperti itulah keadaan seimbangnya.

Friendship is just simply as that :)



Berikan apapun yang terbaik, maka kau akan dapatkan yang terbaik pula
for all my friends: believe me, you're great, try to believe in yourself like I believe in this friendship :)

Di Antara Dua Tembok




Astaghfirullah haladzim...

Hanya itu yang bisa aku ucap dan sebut, demi sekedar menghapus rasa bersalah yang kian menumpuk. Perasaan yang sebenarnya aku tak tahu mengapa harus kudapat.


Hari itu, yah hari itu. Dimana raut wajahmu yang ayu berubah menjadi sayu seketika saat aku ucapkan beberapa kata -kata yang sudah sepantasnya aku ucapkan. Aku tidak mengatai, tidak memaki, apalagi menghujat. Sudah kupastikan beberapa kali, sudah kuulangi dalam pikiranku sendiri, bahwa memang itu seharusnya bukan suatu hal yang dapat menyakitimu. Aku coba untuk mengingat-ingat kata-kataku di hari itu

"Oiya, jadinya besok kamu bisa ikut ***? (suatu kegiatan, disamarkan)" Tanyaku
"Nggak bisa mbak, aku ada ***** (kegiatan lain, yang berurusan dengan pribadinya). Aku juga udah bilang sama mbak ** (nama temanku, yang sekarang dia mungkin sedang merasakan hal yang sama)."
Seperti sihir, rautmu berubah saat kamu memulai merangkai kalimat keduamu itu. Halus, indah, namun menyakitkan. Sungguh.

Aku hanya ingin melaksanakan tugasku, hanya sebuah amanah sederhana dari teman seperjuangan, yang hanya ingin dirimu tetap bersama kami. Ah, tapi aku sudah merasa gagal menjalankan amanah itu. Gagal merangkulmu kembali, bahkan sekarang aku kehilanganmu, seutuhnya.

Di dalam otakku masih terbumbung optimisme bahwa kau akan mengerti bagaimana menghadapi ini semua, optimis bahwa kau akan kembali bersama kami, dengan seutuhnya dirimu, semangatmu yang membumbung tinggi dan juga harapan-harapan yang kau coba untuk rangkai dalam kenyataan.

Tapi permasalahannya adalah, aku tidak hanya memiliki seonggok nervus yang terbuntal menjadi satu dan ditempatkan di dalam kepalaku ini, aku masih punya seonggok daging yang lain: hati. Hati akan memiliki banyak, banyak sekali ramuan yang disebut dengan perasaan. Perasaan yang bisa dicampuradukkan sedemikian sehingga aku pun sudah muak merasakannya. Ya, sejujurnya beginilah keadaanku terhadapmu. Aku pun tidak bisa berkata-kata apapun lagi, tak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Ya, aku lelah. Namun aku juga tidak mau perjuangan kami sia-sia saja karena hal-hal ini.

Terlalu berlebihan? Ya mungkin siapa saja boleh berpikir kalo aku terlalu berlebihan dalam menghadapi ini. Tapi, sejujurnya aku telah mencoba sekuatku untuk bersikap seolah biasa, namun suatu sms yang dikirimkan olehmu membuatku berpikir sampai sedalam ini. Sebegitunya kah kau sekarang?

Terasa terhimpit dua tembok. Dari arah kanan, ada sebuah tembok yang kuat, tebal, dan kokoh. Itu adalah tembok untuk teman-teman sepejuangan yang terus menekanku dan menyalahkanku mengapa aku bisa kehilangan orang sepertimu, yang menurut mereka dapat dengan sangat baik meneruskan perjuangan hidup ini. Tekanan tembok sebelah kanan itu ditambah dengan beberapa tusukan yang tepat mendarat di sasaran yang tepat. Ya, aku tak berdaya, dan teman-teman telah dengan mudahnya mempersalahkan aku untuk hal ini. Aku bukan tipe pemberontak untuk hal yang seperti ini, aku memilih berdamai dengan keadaan, mencoba untuk satu per satu menghilangkan luka-luka tusukan yang datang dan masih membiarkan tekanan dari tembok kanan yang tidak dapat aku lawan sendirian. Jujur, aku butuh bantuan.

Dari arah yang lain, ada suatu tembok tipis, entah aku tak tahu apa itu tembok atau hanyalah tripleks -saking tipisnya- yang tercat indah warna-warni di sisi yang menghadap ke luar, dan warna hitam kelam di sisi yang menghadap padaku, menghimpitku. Setiap orang yang melihatku terhimpit oleh tembok itu berpikir betapa menyenangkannya tembok itu: tipis, indah, tercat warna-warni. Tapi sangat jauh berbeda dengan yang aku hadapi: aku merasa mengadapi tembok paling kelam, yang sangat rapuh, bahkan aku tak tega untuk melawannya, sehingga tembok itu sangat leluasa menghimpitku. Ya, mungkin kau sudah bisa menebak, itu adalah tembokmu.

Sakit rasanya menahan ini semua, ingin sesekali memberontak, banyak teman yang menyarankan untuk memilih salah satunya, sehingga bisa bersama mendorong tembok lainnya, dan aku bisa terbebas dari himpitan ini.
Mereka, biasanya, memilih mengikuti arah tembok yang lebih kuat. Realistis memang, karena tembokmu begitu rapuh, sangat, sangat mudah untuk dihancurkan olehku yang pastinya dibantu oleh kekuatan tembok tebal teman-teman.

Tapi aku tak tega, em... bukan, maksudnya tak mau, atau... tak bisa melakukan itu. Aku ingin kau bisa sadar dan bersama-sama kita ikuti kekuatan tembok tebal teman-teman seperjuangan. Ya, aku akan menunggu dengan terus berusaha tidak melawanmu. Aku menunggu dan mencoba terus berusaha membuatmu beralih arah dan mendorong bersama.

Tembok


-tak ada gading yang tak retak-

Minggu, 05 Februari 2012

KSS- Di Balik Layar

Oke, permulaannya, aku awali dengan memberitahu aja kalo pas nulis postingan ini besoknya aku ada 2 ujian remedial. Dasar akunya yang gimana, malah pengen ngepost sesuatu di sini. Hehe

Ini cerita di balik layar salah satu acara dari JMKI (Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia) wilayah Yogyakarta, yaitu acara KSS (Komunitas Sadar Sehat). FYI, KSS ini merupakan acara inti atau acara terpenting JMKI baik nasional maupun wilayah. Acara ini mirip acara pengabdian masyarakat yang pasti sudah sangat populer di semua kampus. Tapi, bedanya, KSS sedikit lebih "kompleks" dan "holistik" (insyaAllah :))

KSS tahun ini diadakan selama 3 bulan: dari Januari-Maret 2012. Dilaksanakan setiap weekend. Jadi, setiap weekend kita ke desa yang dituju dengan objek berbeda-beda tentunya. Dari semua episode KSS sampai saat ini, yang paling kerasa heroik adalah episode 4 Februari 2012.

Di tanggal 4 Februari 2012 kemarin, rencananya adalah pagi kita bersiap ke SD Muhammadiyah Gendol II dan  Dukuh Sawahan. Semua bertempat di Kecamatan Seyegan, Sleman. Jam 7, seharusnya sudah sampai di SD, tapi berhubung badan sakit semua (alibi) jam 7 kurang baru nyampe di kontrakan Apink. Padahal buat meluncur ke TKP butuh waktu yang lumayaan.
Langsung kami berdua (ga janjian sama yang lain, soalnya kita udah tau tempatnya, hehe) meluncur ke TKP. Dimana kah TKP berada? Kalo daerahnya sih dari Terminal Jombor, setelah itu ada lampu merah belok kiri, teruuus........, terusss........, teruuuuuuss, sampe cebongan. Masih teruusss, teruss..... melewati jalan yang terjal nan berbatu (beneran!) dan kalo malam ga ada penerangan kecuali lampu motor sendiri, dan itu pun masih masuuuuuk. Dan alhamdulillah, sampe jugaa di SD nya. *fyuih


Sampe di sana. Tebak apa? Yah, baru ada beberapa gelintir manusia yang ada di sana. Alias panitianya belum lengkap. Aku sih fungsinya di sana sebagai SC (tugas konsep+rundown sudah kelar maka kelarlah tugas saya) dan satu lagi sebagai *ehem* pengisi untuk kesehatan gigi mulut. Jadi, sebenernya sangat ga guna ketika aku dan apink udah dateng tapi panitia tertentu (terutama perkap) belum dateng. Yah akhirnya kami cuma ngobrol-ngobrol sama guru dan kepsek SD. Hehe

Ga berapa lama, AKHIRNYA mereka datang. Padahal udah panik sebelumnya: acara jam 10 sudah harus selesai dan posisi jam 8 panitia belum juga lengkap. Yaudah lah ya, yang penting akhirnya bisa disiapkan dengan cukup kilat. Salut deh!

Pembukaan. Yah, pertama kali pasti acaranya pembukaan. Susahnya adalah kita harus ngumpulin semua siswa ke lapangan. Padahal siswanya cuma dikit banget. Per kelas paling sekitar 12 orang. Tapi itu super SUSAH. Kenapa? Soalnya mereka cukup susah diajak baris, apalagi diajak memperhatikan acara pembukaan yang padahal cuma 10 menit aja. Astaga, ngalamat tidak baik.

Acara pembukaan selesai, anak-anak pun digiring ke kelas dengan dibagi menjadi 2 kelas besar: kelas 1-3 di kelas A dan kelas 4-6 di kelas B, untuk diberikan materi penyuluhan. Ada 2 materi penyuluhan: Penyuluhan tentang gizi dan Kesgilut. Prosedurnya kelas A akan dapat penyuluhan gizi terlebih dahulu dan kelas B dapat penyuluhan kesgilut terlebih dahulu. Setelah itu, ditukar. Untungnya, kami dapat yang kelas B terlebih dahulu: yah walaupun jekpot tapi kan yang jekpot dulu baru abis itu yang agak gampang. Hehe. FYI: ngehandle anak kelas 4-6 jauh lebih susah daripada kelas 1-3.

Daaan ekspektasi pun terbayar, yeah, anak-anak kelas 4-6 nya udah mulai pada tau suatu kata keramat, yaitu: MALAS.
Mereka mulai tau caranya males ngedengerin penjelasan dari *ehem* kami tentang gimana caranya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Suimpel sanget sebenernya, tapi ya itu effort buat bikin anak-anaknya ngedengerin jauh lebih banyak daripada effort buat ngejelasin. Padahal kita udah coba buat semenarik mungkin lo, pake boneka tangan gitu, lucu dan cukup menarik sih harusnya -di SD yang pertama berhasil lho, pada ngedengerin dan tertarik gitu gara-gara pake boneka, hehe.

Pas udah kelar ngejelasin, tiba saatnya bagiin doorprize: ada 3 doorprize yang harus dibagikan buat mereka. Pake apa ya? Kita coba buat cari feedback dari mereka. Tapi, walaupun ada hadiah -dan pengalamanku waktu kecil aku suka banget hadiah dengan mengorbankan suatu hal pun- tetep aja mereka ga ada yang ngacung dan menjadi volunteer. Aaaah, akhirnya harus nggeret salah tiga dari mereka untuk "dipaksa" memberikan feedback dan akhirnya tugas kami selesai di kelas B. Alhamdulillah.....yakin deh kayak mau sujud syukur waktu itu, hahahaha *lebay

(to be continued, udah ngantuk boy, mana ini kerjaan belom kelar, hohoho)