Rabu, 30 November 2011

KKN oh KKN

Kuliah Kerja Nyata, alias KKN, adalah trending topic buat sebagian besar mahasiswa di taon ketiga di kampus tercinta. Hahaha.
Awalnya waktu masih hectic ngurusin acara yang katanya lumayan gedhe itu, sama sekali ga kepikiran even coba dengerin info-info tentang KKN. Padahal, saat itu temen-temen udah mulai gencar-gencarnya tu ya rapat KKN. Duh ane kelompok pun belom punya -.-"
Terus juga udah pada ribet tanya sama kakak angkatan tentang KKN tu gimana, terus juga uda mulai pada tawar-menawar KKN, "mau KKN disana ga? disini ga? bla bla bla".
Tapi aku masih nyante, ato akunya yang ndableg ya, ah entah juga.

Singkat cerita, hari Senin aku mulai merasakan kegalauan KKN. Duh temen-temen uda pada punya kelompok masing-masing. Gila banget ni aku masih nyante. Oke Osa, saatnya hunting kelompok.
Kebetulan di salah satu situs jejaring sosial yang dinamakan Facebook, ada satu grup yang udah aku usang-in gara-gara emang ga pernah dibuka lagi (hahahaha, maap), yaitu grup angkatan se-universitas.
GILA!
Udah pada mulai nyebarin info: kebanyakan luar jawa, ada juga yang malah menawarkan diri: oke walaupun mungkin aku bisa pake cara ini buat nyari kelompok, tapi aku masih punya harga diri men! *sok jual mahal. Hahahaha. Bukan itu juga alesannya, soalnya aku juga orangnya pasrah aja sama siapapun dan dimana pun. Moga aja ane kuat gan, hahaha.

Dan temen ku yang tumben tumbennya baik (enggak si, aslinya emang baik tapi aku sering banget ngerjain dia dan akhirnya dia sok-sokan jahat sama aku, hahahaha, tapi aslinya kita temenan baeeek kok :p) nawarin "Eh pada mau KKN di Banyumas nggak? Temanya tentang buta aksara. Bisa nampung banyak deh, soalnya masih dikit yang ikut."
Denger itu kayak angin segar berhembus di tengah samudra padang pasir nan luas.
Basa-basinya: "Itu masih berapa lagi Li?"
"Masih banyak kok, soalnya masih 17 orang... piye?"
"Waaah mau Li, mauuu *masang muka antusias*"
"Okeee, nama sama NIM dong"
"Eh pikir-pikir dulu boleh ga?"
"Ya, gapapa, tapi jangan lama-lama yaaaa"
"Okeee, besok aku kasi kepastiannya"
Dalam hati>> alhamdulillah, dapet calon kelompok KKN.
Horeee

Dan akhirnya aku memutuskan untuk ikut di KKN itu. Dua bocah yang suka barengan sama aku nggak di sana. Ya udah lah ya, itung-itung cari pengalaman juga. Temen baru, lingkungan baru, tantangan baru.
Bismillah
Semoga yang terbaik, Amin.

Kamis, 10 November 2011

Irama

Seakan semua hanya sebuah irama yang kita nikmati bersama.
Hanya irama yang dimainkan sesaat,
kemudian berhenti ketika pemainnya bosan,
kemudian dimainkan lagi ketika pemainnya mau.
Aku tak yakin kau merekamnya agar dapat kau putar lagi esok hari,
aku bahkan tak yakin kau masih mengingat melodi yang baru 10 detik lalu kau mainkan.

Irama ini memang seharusnya kau mainkan,
tapi apakah kau sadar bahwa ini tidak untuk main-main?
Atau, justru kau hanya mau berlatih memainkannya di depanku, agar kau bisa memainkannya dengan baik di pementasanmu esok hari?
Kau memainkannya terlalu indah untuk hanya sekedar berlatih.
Kau memainkannya seakan aku sudah berada pada pementasanmu.
Mungkin aku salah,
seharusnya irama itu memang bukan untukku.

Dan mungkin, aku harus mendengar irama melodi orang lain juga.
Karena kau tau, aku menutup telingaku ketika orang lain memainkan iramanya,
mungkin seharusnya aku mencari irama yang memang ditujukan langsung untukku.
Dengan irama yang jelas, mengalun,
tanpa terputus putus,
yang sedianya saat pentas aku memang akan menjadi penontonnya.

Mungkin aku terlalu berharap, kau memainkan irama indah itu,
dengan lengkap, utuh, jelas, dan mengalun dari satu bait ke bait lain,
untukku.
Mungkin aku terlalu berharap terpilih duduk di pementasanmu,
hanya untuk sekedar menikmati keindahan iramamu.

Maafkan aku telah terlalu mencampuri iramamu,
maafkan aku telah membuang waktumu untuk berlatih di depanku.

Terimakasih, walaupun terputus-putus, telah pernah memainkan irama itu di depanku,
terimakasih, walaupun bukan di pementasan, aku diizinkan mendengar irama itu.

Rabu, 09 November 2011

Yogyakarta, 9 November 2011

Catat baik-baik tanggal itu.
Simpen di dalam memori paling dalem aja, jangan terlalu luar. Nanti kalo di luar yang ada gampang kebuka.

Tanggal itu merupakan puncak, dimana aku bisa belajar, mengenal orang
Ternyata menghadapi orang-orang itu cukup susah, dan agak cukup makan ati.
Udah sering sih ngadepin, dicaci, diomongin dibelakang *curhat* tapi itu bukan masalah apa-apa. Karena saat itu, ga ada kepentingan apa-apa sama orang-orang itu. Contohnya, yah kalo diomongin temen di belakang, di jeplak didepan orangnya, ya ga pernah dipikir pusing atau apa, soalnya "ah, masih banyak temen yang lain yang bisa ngertiin". Done! Masalah selesai.
Tapi coba pikir lagi, ketika kita punya "kepentingan" sama orang yang melakukan berbagai macam hal tadi. Totally different.
Rasanya .......................................
*ga kekata-kata*
*speechless*
Tapi sebenernya apapun itu, tergantung isi dari omongan aja,
"YOU JUST HAVE THE BUSSINESS WITH THE MESSAGE, so don't too much care about the way to deliver the message"
Kalo isi pesannya baik, pasti tujua si pengirim pesan baik kan?

Di saat tertekan, anda akan menemukan suatu arti yang lebih akan keikhlasan, tanggung jawab, dan komitmen. Bakalan tahu deh siapa yg ikhlas membantu dan tidak.
Bahkan jadi tahu siapa teman kita sebenarnya.
Ya, itu hikmah deh dari tekanan-tekanan yang bertubi-tubi dateng dari orang yang kita sendiri masih ada kepentingan jangka panjang dengannya *aduh ribet kata2nya*

Tapi jujur, dalam seminggu ini, ngerasa aja tekanan agak bertubi-tubi dari berbagai aspek kehidupan: organisasi, akademis, keluaraga (yang selalu minta cepet pulang padahal masih ngurusin hal yang urgent di kampus -.-), dan satu lagi....masalah hati.
Soal organisasi dan akademis, udah agak sering sih dapet tekanan yang begituan, jadi ya ga begitu kaget.
Tapi kombinasi keempat elemen kehidupan tadi cukup dahsyat, sampe ada aku ngerasa ada ketegangan di kepala belakang. Nah lo.

Untungnya, subhanallah, otak kita (kata para ahli) selain memiliki IQ, EQ, dan satu lagi yang paling dahsyat adalah SQ. Agak bisa bikin tenang, bikin ga bunuh diri (lebay sih, tapi beneran), bisa bikin kita tetep move on.
Terimakasih ya Allah, ya Rab, Engkau tunjukkan kuasa-Mu, justru di saat seperti ini.
Inilah hikmah yang paling indah.

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan"

:)