Selasa, 21 Mei 2013

PERPUS


Sudah 10 menit di sini.

Saya ada di suatu tempat yang bernama perpus -perpustakaan, yah semua mahasiswa dan siswa memang sering ke sana  dan "menghabiskan" waktu. Begitu pula denganku, dengan sebuah perangkat komputer jinjing –laptop, berusaha menuliskan kata demi kata menjadi serangkaian kalimat yang ilmiah. Jujur saja, hal ini susah dilakukan karena bukan hanya kalimat itu harus ilmiah, tapi juga beban yang terus menerus ada di pundak ini semakin berat. Ah jadi ingin main tebak-tebakan: tulisan apa yang harus ilmiah dan memberikan beban tersendiri pada penulisnya? ada yang tahu? hahaha, itulah SKRIPSI.

Sekarang sudah sekitar 15 menit.

Langit yang tadinya mendung, akhirnya tak kuasa meneteskan air hujannya membasahi bumi, membasahi kampus kami, membasahi bagian luar dari perpustakaan ini. Ah cuaca yang begini membuat suasana perpus yang dilengkapi dengan AC ini menjadi semakin sejuk dan ke arah dingin. Dinginnya hawa di dalam perpus dipadu dengan suara rintikan air hujan ini membuat sensor mengantuk di otak ini menyala. Haha, singkatnya, saya mengantuk. Entah kenapa sensasi hujan dan dingin ini selalu berhasil membuat kantuk pada banyak orang.. Ah hujan, hujan ini menghalangi cerahnya mentari di siang hari. Sebagai informasi sekarang sedang pukul 13.02 WIO (Waktu Indonesia Osa), tidak boleh ada yang protes, ini waktu yang ada di laptop saya dan terserah saya mau lebih atau kurang satu, dua, tiga, lima, sepuluh, bahkan lima belas menit dari jam lain –kecuali jam dosen pembimbing, asal tau saja, telat dari dosen itu taruhannya simpel saja: SKRIPSI.

Sudah 30 menit.

Cukup terasa 30 menit ini lumayan lama, koneksi internet yang tidak kunjung tersambung dengan lapto membuat waktu ini terasa lama: tidak bisa download jurnal, buka email, buka facebook, main pottermore dan aktivitas penuh koneksi lainnya. Huft, seandainya saja bisa langsung tersambung....ah jangan, yang ada aku lupa lagi dengan beberapa to do list  untuk hari ini karena teralalu asyik dengan perangkat paling canggih yang ada di rumahku ini (jangan protes, laptop memang yang tercanggih -saya tidak mengenal tablet dan smart TV di rumah).

Ah sudahi saja 30 menit aneh ini, saatnya bergegas dan meninggalkan perpustakaan dan mulai dengan kehidupan nyata di luar sana...

Kehidupan nyata itu sungguh sesak, sesak dengan pikiran-pikiran manusia yang saling berdebat dan bersaing, sesak dengan kenyataan yang tidak semulus harapan, dan sesak oleh cinta yang tak kuasa memuntahkan tinta pahitnya.

Kamis, 16 Mei 2013

Lihatlah bahwa bintang itu bersinar pada waktunya

Lihatlah bahwa bintang itu bersinar pada waktunya.
Bahwa cahayanya membawa keindahan malam pada ruang angan manusia.
Bintang itu tidak sendiri untuk jadi indah, perlu kegelapan malam dan berjuta bintang lain di langit.
Itu lah yang membuat sulit memahami akan indahnya bintang terselip di antara gelapnya malam,
bersinar namun tampak malu-malu, mengapa cahayanya tidak sekuat matahari?
Pada pundak malam bintang hanya tersenyum, "aku memang bukan matahari, yang selalu menyinari cerahnya pagi dan siang hari. aku bintang dengan cahayaku, bersama-sama dengan bintang lain aku membuat indahnya malam gelap."
Waktunya terlalu singkat untuk mehami bintang di malam ini... bercahayalah bintang, jangan paksakan dirimu untuk bersinar...