Minggu, 23 Oktober 2011

Di Tengah Kegelapan

Aku nulis postingan ini, dalam keadaan kamarku gelap, dan cuma ada cahaya monitor laptop.

Faktanya, keadaan kamarku sering mencerminkan bagaimana keadaanku sekarang.
Kalo kamar berantakan, berarti aku juga lagi berantakan.
Kalo kamar lagi tertata, berarti aku lagi bisa menata idup.
Kalo kamar dibiarin gelap gini, mungkin berarti aku juga lagi gelap. Kenapa mungkin? Karena ini kali pertamaku ngegelapin kamar kayak gini. Dan aku juga ga ngerti kenapa, rasanya nyaman aja gelap.

Akhir-akhir ini sering merenung. Entah apa yang kurenungkan.
Akhir-akhir ini sering nangis. Entah apa yang kutangisi.
Akhir-akhir ini sering diam. Entah apa maksud diam itu.

Galau? Bukan.
Soalnya kata temenku kalo orang galau itu ga nafsu makan. Aku masih nafsu makan.

Ya Allah, untung masih ada diri-Mu yang bisa jadi tempat mengadu.
Maaf ya Allah jadi sering merengek dan mengadu atas semua ini.
Mungkin aku memang tak pantas merengek. Aku sama sekali gak banyak ibadah ya Allah, hamba belum mengabdi.
Tapi entah mengapa Kau berikan ketenangan setiap aku merengek pada-Mu.

Kalo akhir-akhir ini mata sering sembab, maaf ya.
Padahal kata dosen komunikasi, sebagai calon tenaga kesehatan harus menjaga penampilan agar kewibawaan dan komunikasi ada dan berjalan lancar.

Aduh, tangan ini mulai tremor lagi.
Toots keyboard laptop dan badan laptop mulai terasa hangat. Astaga, bukan, tanganku yang dingin.
Kaki-kaki ini mulai dingin.
Pipi ini terbasahi lagi. Sekali lagi.

Di luar rumah, hujan turun untuk pertamakalinya di kota ini, setelah panas berkepanjangan.
Hamba bersyukur.
Paling tidak, harapan sebagian masyarakat Jogja terkabulkan.
Paling tidak, tidak mengecewakan, karena udara jadi tidak panas.
Tapi aku telah banyak mengecewakan orang.
Paling tidak, hujan jauh lebih baik daripada aku.
Selamat datang musim hujan di Jogja.

Di tengah kegelapan ini, aku berharap.
Aku belum bisa menyelesaikan semua ini, Ya Allah.
Beri hamba lebih banyak waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar